Jalan-Jalan Ternate

Halo semua…

Sebelum-sebelumnya saya banyak bertanya mengenai Ternate dan akhirnya kesampaian juga berkunjung kesana. Terima kasih untuk Sista Lina Dharmawati & Bro thoxy untuk informasi seputar Ternate. Semoga cerita trip kali ini ga telat ya, karena sudah beberapa bulan yang lalu berkunjungnya.

Hari pertama dengan penerbangan dari Makassar saya sampai di Ternate siang hari. Di bandara Sultan Babullah langsung disugihi pemandangan gunung Gamalama. Oh ya, sebelum landing kalau keadaan cerah bisa terlihat jelas Kota Ternate dan Gunung Gamalama tapi karena saya duduk disebelah kanan jadi yang dilihat adalah Pulau Maitara dan Tidore. Eksplore Ternate Saya ditemani teman-teman dari Enjoy Ternate. Dari bandara langsung ke Benteng Toluko karena dekat dengan Bandara dan satu arah ke pusat kota. Benteng Toluko terawat, ada penjaganya yang sepertinya warga setempat. Taman di depan benteng juga rapi terawat. Informasi yang didapat benteng ini seperti jenis kelamin laki-laki jika dilihat dari atas karena pada saat benteng ini dibangun, jenderal yang mememerintah ada kecenderungan menyukai sesama jenis – CMIIW. Sebenarnya tidak ada iuran masuk ke benteng ini tapi kita bisa memberikan tips kepada penjaga benteng.

Selanjutnya ke pasar di Ternate – lupa nama pasarnya apa. Langsung icip-icip popeda/papeda khas Ternate. Dengan konsep all u can eat kita bisa makan sepuasnya. Selanjutnya berkunjung ke benteng Kalamata. Saat itu ada acara di tengah-tengah benteng jadi sedikit mengganggu hasil foto karena ada tenda. Benteng Kalamata agak sedikit berbeda dari Toluko bisa dibilang kurang terawat dari sisi kebersihan. Masuk benteng ini gratis, mungkin ini salah satu faktor tidak dirawatnya benteng. Rencananya mau ke Kesultanan Ternate tapi ternyata tutup dan hanya bisa dilihat dari luar jadi ga jadi kesana, hanya lewat saja. Lanjut ke Benteng Kastela – jadi ingat Ian Kasela. Disini saya merasa sedih, penampakan benteng yang tidak seperti benteng lagi. Hanya ada tugu yang menggambarkan bagaimana rakyat Ternate mengusir penjajah yang juga tidak terawatt dan pemugaran seadanya. Tampak waktu itu ada pekerja yang sedang membersihkan benteng. Disini dikenakan restribusi ya. Next saya ke Danau Ngade. Akses kesini masih dapat dilalui dengan kendaran. Dari Danau Ngade tampak Pulau Maitara dan Tidore. Setelah itu saya diajak tracking sedikit. Danau Tolire. Terdapat dua danau Tolire, Tolire Besar dan Tolire Kecil. Dijelaskan dari teman-teman Enjoy Ternate ternyata danau ini punya cerita. Seorang ayah yang ingin ‘main’ dengan anaknya. Terus bapaknya dikutuk jadi danau Tolire Besar anaknya dikutuk jadi danau Tolire Kecil. Kedalaman danau tidak diketahui, katanya pernah ada peneliti dari Australia yang ingin mengukur kedalaman danau tapi ga balik-balik ke atas. Danau ini juga adalah tempat ritual dan menurut kepercayaan ada buaya putih. Kalau kita melempar batu dari pinggir danau akan sulit sampai ke tengah danau. Menurut ilmiah, bentuk danau yang cembung di bagian samping menjadikan adanya perbedaan gaya gravitasi. Oh ya, info dari teman saya yang kerja di Ternate, danau-danau di Ternate terbentuk karena aktivitas Gunung Gamalama. Dari jenisnya, letusan Gunung Gamalama tidak hanya dari atas kawah di puncak tapi letusan bisa terjadi di kaki gunung atau badan gunung, itulah bagaimana danau ini terbentuk. Dari Tolire Besar saya diajak menikmati pantai di dekat Danau Tolire Kecil nama pantainya lupa.  Disini saya menikmati pantai sambil melihat Pulau Hiri diseberang. Selain itu jangan lupa minum air kelapa muda  susu khas Ternate dan juga pisang bulu bebek yang digoreng kering tipis dan dimakan dengan sambal. Dalam perjalanan kembali ke kota Ternate, saya disuguhkan dengan sunset yang begitu indah. Jadi saya mampir di tepi pantai dan menikmati indahnya sunset Ternate. Hari pertama saya tidak bermalam di Ternate karena langsung menyebrang ke Sofifi dan lanjut ke Tobelo – Halmahera Utara. Cerita Tobelo saya buat terpisah ya. Lusanya saya kembali explore Ternate, kali ini waktunya main air.

Pantai yang pertama dikunjungi adalah Sulamadaha. Pantai berpasir hitam yang menjadi kunjungan warga Ternate di akhir pekan. Jangan puas hanya di pantai Sulamadaha. Jalan sedikit menuju ke hole Sulamadaha yang terkenal dengan air jernih seperti kristal dan memang benar. Karena waktu itu hari Senin, pantai sepi jadi saya bisa puas menikmati pantai ini. Saya snorkeling disini dan terumbu karang disini berwarna-warni, ikannya juga banyak. Setelah snorkeling di hole Sulamadaha saya lanjut ke Jikomalamo. Tidak kalah bagus dengan Sulamadaha. Terumbu karang di Jikomalamo besar-besar dan ikannya sangat banyak. Yang bisa free diving dijamin puas. Maunya tidak mau beranjak dari laut tapi apa mau dikata karena hari sudah semakin sore saya kembali ke Ternate tapi sebelumnya kembali menikmati es kelapa susu di pantai Sulamadaha walaupun sempat berebut tempat dengan kambing. Malamnya saya menikmati malam di swering. Minum wedang Jahe khas Ternate dan pastinya pisang goreng tipis dengan sambal.

Kalau ditanya puas tidak di Ternate? jawabannya pasti tidak karena masih banyak tempat yang belum dikunjungi di Ternate. Nanti ya, suatu saat akan kembali ke Ternate.  See u Ternate.

 

11460015_Fotor.jpg

08330086_Fotor.jpg

09550185_Fotor.jpg

 

10030329_Fotor.jpg

10040341_Fotor.jpg

16510007_Fotor.jpg

16270030_Fotor.jpg

IMG_20150502_151612.jpg

IMG_20150502_193900.jpg

IMG_20150504_071457.jpg

IMG_20150505_181833.jpg

 

 

 

Taman Wisata Tumbak

Manado tidak asing dengan taman laut Bunaken, tapi kalau taman laut Tumbak masih jarang terdengar. Lokasinya sekitar tiga jam dari Manado. Melewati Tomohon yang sejuk sampai Minahasa Tenggara dan Tumbak adalah desa paling ujung yang langsung berbatasan dengan Laut Maluku.

Bertolak dari Jakarta Jumat malam saya tiba di Manado tengah malam. Di Manado saya menginap di rumah teman dari jejaring sosial traveler. Sabtu pagi saya menuju ke Tumbak tapi sebelumnya mampir-mampir dulu di Tomohon. Ada bukit doa Tomohon, Patung Tuhan Yesus Memberkati, Pasar Tomohon, Danau Linow, kebun bunga dan masih banyak tempat lainnya yang dapat kita singgahi di Tomohon. Dari perjalanan Tomohon sampai Tumbak akan banyak melewati desa-desa yang memiliki ciri khas masing-masing. Seperti Kiawa yang khas dengan pengrajin kayu, Languan yang terkenal dengan tomatnya, Pangu dengan salaknya, Kawangkoan dengan kacang dan olahan kacangnya, Tomohon dengan sayurnya, dan masih banyak lagi. Berbeda dengan lintas jawa atau sumatera yang banyak ditemukan masjid, disetiap  kota akan banyak menemukan gereja. Hal ini karena mayoritas penduduk disana adalah Nasrani. Dari Tomohon ke Tumbak sekitar 2jam dengan jalan yang sudah bagus, hanya ada bagian yang masih dalam tahap perbaikan. Saya sampai di Tumbak malam hari sekitar pukul tujuh dan langsung bertemu dengan keramahan warga Tumbak. Teman baru saya di Tumbak, Ilham, langsung mengajak saya berkumpul bersama teman-temannya sebelum ke Tumbak Cottage – untuk minum. Tapi karena sudah malam dan harus menyebrang dengan perahu dulu jadi saya putuskan untuk langsung menyebrang.

Awalnya saya pikir akan menggunakan perahu ketinting yang agak besar tapi ternayata perahu yang digunakan seperti sampan, tanpa ada sayap. Malam itu bintang indah sekali, angin tidak begitu kencang dan ombak teduh. Saya pun berbicara ke bapak Kentz, “Wah, ombaknya tenang ya Pak.” Pak Kentz menjawab, “Kalau disini mau tujuh belasan ombak bakal kencang, Dek. Teduh lagi setelah tujuh belasan.” Woh, saya pikir ombak malam itu teduh dan ternyata teduh karena masih di pinggiran. Semakin ke tengah semakin goyang perahunya. Peluk tas dan jangan banyak goyang berharap perahu tidak terbalik. :S

IMG_20150817_214827.jpg

Lima belas menit kemudian saya sampai di Tumbak Cottage, Cottage yang berada langsung ditengah taman laut Tumbak dibalik pulau kecil yang tidak ada daratan hanya hutan bakau saja. Di Tumbak Cottage ada dua kamar, yang satu sudah terisi. Saya tidur sendiri di cottage ini. Setelah selesai berberes, saya ke depan, berbaring beratapkan langit yang bertabur bintang. Takjub. Tenang. Indah. Bukannya lebay tapi di Jakarta sudah tidak bisa lagi mendapatkan moment ini. Tidak beberapa lama angin semakin kencang, saya putuskan masuk kamar.  Suara angin ditambah batang-batang bakau yang bergesekan membuat riuh malam itu. Tidur tidak nyenyak, sedikit-sedikit terbangun. Takut tiba-tiba sudah di dalam air. Jam 2, Jam 4, Jam 5 saya bangun. Mengintip dari jendela, cahaya matahari sudah sedikit muncul. Saya keluar sambil menikmati pagi dengan secangkir teh hangat. Laut sudah sedikit tenang.

IMG_20150829_081616.jpg

Jam setengah tujuh pagi Pak Kentz dan dan Ilham membawa sarapan. Setelah selesai sarapan, saya dan teman-teman dari Jayapura berkeliling taman laut Tumbak. Kami menuju pulau Baling-Baling. Ombak pagi itu cukup besar. Ada sekali waktu Pak Kentz harus mematikan mesin kapal agar  Pulau yang terkenal dengan pemandangannya yang indah dari atas pulau. Untuk ke atas pulau harus tracking sekitar 5menit dengan kontur yang terjal. Pantai di pulau ini berpindah mengikuti arah angin. Saat itu pantai berada disisi barat pulau, di musim lain pantai bisa berada disisi timur pulau.

IMG_20150816_133501.jpg

Harusnya kami ke pulau Ponteng tapi karena ombak tidak membaik kami menuju ke pantai Pasir Panjang untuk snorkeling dan tracking di sabana. Arus masih kencang jadi snorkeling agak sulit. Sudah puas di Pasir Panjang kami kembali ke cottage untuk makan siang. Setelah makan, rombongan sebelah kembali ke Manado jadi hanya saya yang tinggal di cottage. Di Cottege saya snorkeling dan ternyata di sekitar cottage underwaternya sungguh cantik. Kita bisa menemukan clown fish, blue spot fish ray, belut laut, fugu dan banggai cardinal fish yang cantik dan langka.

IMG_20150816_180046.jpg

IMG_20150826_215159.jpg

IMG_20150819_172935.jpg

IMG_20150818_164915.jpg

IMG_20150821_225929.jpg

Sorenya saya kembali ke Tumbak dan bermalam di rumah Pak Kentz. Di tengah perjalanan Pak Kentz membawa saya ke spot snorkeling yang tidak kalah cantik. Baru terjun saya sudah menemukan red fan tapi karena arus benar-benar kencang, saya tidak kuat jadi saya putuskan untuk langsung kembali ke Tumbak. Sudah bersih-bersih saya jalan-jalan di perkampungan Tumbak. Ujung jalan langsung bertemu dengan dermaga dan tidak ada lagi jalan. Jadi Tumbak ini perkampungan akhir.

PicsArt_1439819599981.jpg

IMG_20150818_184926.jpg

Pagi-pagi saya menikmati sunrise di belakang rumah Pak Kentz. Luar biasa cantik. Waktu itu ada tim si Bolang jug yang lagi shooting di Tumbak dan mereka juga mendokumentasikan sunrise pagi itu. Ombak pagi itu lebih tenang dari kemarin jadi saya diajak pak Kentz untuk pergi ke pulau Ponteng. Di Ponteng ini sebenarnya terdapat spot snorkeling yang super cantic dan kalau beruntung bisa melihat anak hiu tapi karena arus sedang kuat-kuatnya jadi tidak bisa snorkeling. Kami hanya tracking saja di pulau ini. Setelah dari Ponteng, saya kembali ke Tumbak dan langsung beres-beres untuk kembali ke Manado.