Pendakian Sindoro via Kledung

Udara dingin Temanggung menemani pagi itu. Setelah perjalanan Jakarta – Semarang dengan kereta lalu dilanjutkan dengan angkutan umum Semarang – Wonosobo, saya tiba di basecamp Kledung yang ada di pinggir jalan utama. Pagi itu banyak pendaki yang akan bersiap, repacking keril atau menyereput teh manis hangat sambil bercengkrama dengan pendaki lain. Setelah melakukan registrasi, saya dan teman-teman saya bersiap untuk mendaki Sindoro.
Gunung Sindoro, disebut juga Sindoro atau Sundoro – tergantung dengan logat Jawa, salah satu gunung berapi aktif di Jawa Tengah dengan kota Temanggung menjadi kota terdekat. Meletus terakhir tahun 2011 namun bukan merupakan letusan besar.

DSC03140.jpg
Dari kiri ke kanan, Lawu – Merbabu – Merapi – Sumbing dari Sindoro

Basecamp – Pos 1
Sekitar jam 9 saya dan teman-teman mulai mendaki. Dalam perjalanan ke Pos 1 adalah jalan yang sering dilewati penduduk dengan kiri-kanan ladang penduduk yang kebanyakan ditanami tembakau. Terdapat jasa ojek hingga pos 1 dengan tarif sekitar IDR 20.000 – 30.000. Pos 1 atau sering disebut Watu Gede berada pada kisaran ketinggia 1.900 mdpl.

P4160001.JPG
Perkebunan Tembakau

Pos 1 – Pos 2
Tidak terlalu berat, jalan landai dengan hutan cemara diawal disusul hutan-hutan heterogen khas pegunungan Jawa Tengah ke Timur. Semakin lama, jalan menanjak namun belum terlalu berat. Masih bisa menikmati udara sejuk pegunungan. Perjalanan pos 1 – pos 2 sekitar 2 jam pada ketinggian 2.120 mdpl.
Kami santap siang di pos 2 dengan spaghetti ala-ala pendakian gunung

P4160018.JPG
Penampakan di Pos 2

Pos 2 – Pos 3
Jalurnya menanjak dengan tanah padat bercampur bebatuan dan akan lebih terjal berbatu lagi saat mendekati pos 3. Sampai di pos 3 terdapat dataran luas tempat banyak orang membangun tenda. Kami tidak bermalam di pos 3 karena dari pos 3 ke puncak masih lama. Perjalanan ke pos 3 sekitar 3 jam dengan ketinggian 2.530 mdpl.

P4160032.JPG

Pos 3 – Pos 4
Rencananya akan berkemah di pos 4 tapi apa daya karena hujan dan fisik sudah melemah kami berkemah di tempat yang agak datar antara pos 3 – ke pos 4. Jalur pos 3 ke pos 4 tetap terjal dan berbatu. Pos 4 dinamakan batu Tatah karena ada gundukan batu disini.

P4160071.JPG

Sebelum tidur langit mendung jadi tidak jadi foto bintang. Padahal sudah berharap cuaca cerah dan bisa melihat bintang. Jadinya saya memfoto kota Wonosobo di malam hari.

DSC02974.jpg

Kota Wonosobo di malam hari dari tempat kemah

Jam 2 pagi untuk bersiap summit. Cuaca cerah dan sebelum summit tidak lupa saya mengabadikan bintang malam itu. bangun dan siap summit.

DSC02994.jpg

Bima Sakti yang rupawan yang difoto sebelum summit.
Pos 4 – Puncak
Pendakian sekitar 2 jam dari Pos 4 ke Puncak. Sempat terduduk lemas mendekati puncak dan menikmati sunrise yang indah terlebih dahulu. Setelah si pemberi bayangan benar-benar terlihat baru saya melanjutkan ke puncak dan segala rasa letih terasa hilang setelah tiba di Puncak.

DSC03096.jpg

Matahari terbit dari gunung Sindoro

DSC03099.jpg

Sakti dan matahari terbit

P4170085.jpg

Temanggung dan matahari terbitDSC03129.jpg

Kawah gunung Sindoro

DSC03172.jpg

Hutan mati dan gunung Slamet

DSC03219.jpg

Dataran tinggi Dieng

P4170129.jpg

Genangan air di puncak Sindoro

P4170116.jpg

P4170171.jpg

P4170205.jpg

P4170187.JPG

Sarapan di puncak gunung

P4170228-1.jpg

Kita bisa melihat gunung Sumbing, Merbabu, Merapi dan Lawu dalam satu deret. Pergi ke bagian barat puncak akan terlihat gunung Slamet dan bergeser sedikit kita akan melihat dataran tinggi Dieng. Di puncak juga kita banyak menemukan spot-spot yang bagus. Hutan mati yang memutih karena sulfur, kawah gunung Sumbing yang besar, danau kecil yang menjadi cermin awan dan masih banyak spot lagi yang cantik.

Salam lestari.

Jiwaku, kenapa Gundah?

Mazmur 43:5  Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! 

Beberapa hari ini entah kenapa aku  tidak merasakan damai sejahtera. Ada yang kosong tapi tidak tahu harus diisi dengan apa. Adanya lelah, bosan dan jadinya serba salah. Pergi keluar tapi tidak merasa kenikmatan, mencoba menikmati aktivitas tapi tetap saja ada perasaan yang mengganjal. Bersama teman, tetap merasa sendiri. Semua berasa semu, tidak tampak.

Aku belum bisa mengerti ada apa. Semua berasa tidak tepat. Aku kenapa? Aku bagaimana?

Aku cari sang Pencipta, aku tak menemukan. Bagaimana mau bertanya? Bagaimana mau berharap?

Aku masih dalam hati yang gundah.

Kamis, 20 April 2017 –  sebelum tidur.

Labuan Bajo yang Memukau

Kalau bicara mengenai Flores ga ada habisnya.
Kali ini mau berbagi pengalaman waktu ke LBJ yang sebenarnya sudah akhir tahun lalu. Aku dan dua temanku tidak ikut open trip, jadi atur sendiri dari keberangkatan sampai kepulangan.

Sebelum ke Labuan Bajo, di Bali aku stopover, lumayan jalan-jalan dulu 1 hari disana. Karena di LBJ udah full di pantai jadi diputuskan balinya agak ke atas, Ubud – Kintamani.
Saya menginap di kosan teman yang kerja di Bali dan langsung dapat  pegalaman yang luar biasa. Dini hari pintu kosan lantai bawah digedor-gedor, aku kira ada orang berantem. Temanku langsung mematikan lampu kamarnya, kembali tidur. Aku yang ga bisa tidur mendengar gedoran pintu yang semakin kuat kaget tiba-tiba pintu kosan lantai atas juga digedor-gedor termasuk kamar temanku. Kayaknya ini bukan orang berantem. Temanku mengisyaratkan untuk diam. Jangan bersuara dan tidur saja. Lima menit digedor akhirnya berhenti juga. Pagi-pagi aku tanya, ternyata itu Pecalang daerah situ yang lagi cek-cek kosan. Bingung juga kenapa sampai digedor-gedor kayak buru maling. Informasinya Warga yang tidak punya tanda penduduk sementara atau apalah namanya akan dibawa dan didenda. Oh ya, kosan temanku sampai dikunci dari luar. Cantelan gembok dikawatin dari luar dan kawatnya dikaitkan ke jendela kosan. Rada aneh sih. Yang buka kawatnya pemilik kosan temanku yang kamarnya didepan kosan.
Di Bali aku sewa motor, 50k sehari. Setelah jemput 2 temanku yang landing pagi hari kami langsung menuju Ubud dan sorenya ke Kintamani. Waktu dari Ubud ke Kintamani kami mengikuti google maps, alhasil kami dibawa ke jalan yang kiri-kanannya kebun jeruk. Keren banget kuning-kuning gelantungan. Tapi anehnya, beberapa kebun ga dipanen, jeruk-jeruk dibiarkan gitu aja. Banyak yang sudah jatuh di tanah. Mungkin harga terlalu rendah.

(endarpermadi)12479261_481726112017207_667712062_n-1.jpgGunung Batur dari Kintamani

Besok pagi aku ke LBJ, beberapa saat setelah take off di sebelah kiri terlihat gunung Rinjani, cantik banget. Tahun ini semoga kesampaian kesana. Setelah itu muncul lagi gunung Tambora. Kalau Rinjani cantik, Tambora lebih terlihat gagah dengan lingkaran kawahnya yang super besar. Sampai di LBJ jam 8an, bandaranya sepi dan terlihat ada proyek perpanjangan bandara di ujung runway. Infonya agar pesawat tipe narrow body bisa landing dan take off disana. Sambil menunggu dua temanku yang berbeda flight, aku coba makan di kantin di bawah bandara, sup ikan. Rasanya segar, manis dan asam. Setelah temanku datang, mereka makan juga. Ada bule disebelah kami, ngobrol-ngobrol dan awkwardnya kedua teman saya disangka istri.

IMG_20151115_114731.jpg

View dari atas pulau Rinca

Dari bandara ke pelabuhan kami naik taxi 50k. Aku kira jauh, ternyata dekat, hanya dipisahkan oleh bukit sehingga tidak terlihat. Kami langsung ke pelabuhan bertemu dengan kapten kapal yang akan menemani kami selama 3H2M. Kami sewa kapal + fasilitas-fasilitasnya. Makan 7 kali dan ga mengecewakan, ada WC, kamar tidur 2 bisa untuk 3 orang per kamar, listrik malam, kalo kita butuh urgent bisa dinyalakan. Yang kurangnya mereka susah komunikasi masih malu-malu. Jadi sebenarnya kami sewa kapal ke bapak M, karena bapak M juga membawa rombongan lain jadilah kami diserahkan ke teamnya yang lain.

 

IMG_20151020_183003.jpg

View dari atas pulau Padar

Tujuan pertama kami pulau Rinca, langsung lihat komodo dan tracking ke atas. Jika mau tracking harus dengan guide. Restribusi bisa langsung ke kantor di pulau Rincanya, wisman beda lagi ya harganya. Kami dapat guide yang lucu dan konyol habis, berbakat stand up comedy. Pas penjelasan peta pulau Rinca di depan kantor kami disuruh baris dulu gaya-gaya militer.

PicsArt_1444565682249.jpgFoto dengan Komodo

Dari Rinca kami ke Padar, tracking ke atas dan menikmati sunset disana. :terpesona Malam pertama kami di perairan kampung Komodo. Cuaca bagus, ombak tenang.

IMG_20160402_002742.jpgSunrise di perairan kampung Komodo

Hari ke-2, pagi-pagi langsung naik ke dek untuk lihat sunrise, maunya sih turun dari kapal tapi  bisa saja ada komodo jadinya di atas dek saja. Setelah sunrise dan sarapan kami ke pulau Komodo. Dermaga di pulau Komodo panjang dan kokoh,  sepertinya cocok untuk kapal pesiar. Bisa jadi dulu dibangun memang untuk kapal pesiar yang singgah. Disini kita bayar lagi dan tracking ke atas. Karena pulau komodo lebih luas, jarang ditemukan komodo disini, lebih banyak di pulau Rinca. Oh ya, di pulau Komodo ada WC yang bersih. Kalau mau benar-benar nyaman buang air bisa disini. Dari Komodo, saatnya main air ke pantai Pink. Di pantai Pink ini kita dilarang untuk tracking ke atas dan waspada terhadap komodo karena masih satu kawasan dengan habitat komodo. Kapal tidak bisa merapat ke pantai jadi kita harus berenang untuk ke pantai. Benar-benar pantai yang indah. Biasanya pasir pantai berwarna putih, disini pasirnya benar-benar pink. Usut-usut, pink ini berasal dari pecahan-pecahan foraminifera yang berwarna merah dan pasir putih pantai itu.

IMG_20151015_193621.jpgPink Beach

Setelah puas di pantai kami dibawa ke Manta Point. Nah disini aku mulai ga enak badan, karena memang sebelumnya sudah flu jadilah disini drop. Kepala rada pusing tapi masih semangat lihat Manta. Tiba-tiba abang kapal teriak, kiri-kiri dan memang ada manta di sebelah kiri. Pinginnya nyebur tapi karena kepala berat jadinya hanya melihat manta dari kapal. Setelah dari Manta Point kami ke Gili Lawa, sepanjang perjalanan aku hanya tidur. Sampai di Gili Lawa kami ke atas pulau menikmati indahnya gradasi laut dan indahnya sabana yang mengering. Malam ke dua kami menikmati sunset di Gili Lawa dan menginap di perairan Gili Lawa. Banyak kapal yang bermalam disitu dan salah satunya kapal sebelah yang lagi night diving, kapan bisa diving ya.:nyelam

IMG_20151023_212558.jpg

View dari atas Gili Lawa

IMG_20151025_214003.jpg

Gili Lawa

Dari Gili Lawa kami bertolak ke arah Labuan Bajo, mampir dulu di pulau Kanawa. Kalau di NTB ada Kenawa, di NTT ada Kanawa. Di pulau Kanawa kita bisa snorkeling dan tracking ke atas melihat pemandangan pulau dan gradasi laut yang indah. Di Kanawa terdapat cottage, jadi yang mau menginap disini bisa dipertimbangkan. Tujuan terakhir pulau Bidadari tapi karena hujan kami tidak turun ke pulau Bidadari. Dari pulau Bidadari kami langsung kembali ke Labuan Bajo.
Di Labuan Bajo belum ada tempat penginapan dan ternyata sudah banyak yang penuh. Setelah beberapa penginapan kami cek, akhirnya mendapatkan penginapan agak ke atas, Bajo View. Penginapan yang katanya punya orang Itali ini berkonsepkan camp. Tidak ada ruangan, hanya tenda-tenda. Satu tenda untuk dua orang dan share room. Sore hari dari Bajo View kita bisa melihat sunset yang begitu memukau dangan indahnya Labuan Bajo. Makan di Labuan Bajo tidak sulit, jika ingin mencari seafood bisa ke pasar malam. Disana juga banyak café-café dan western food.

IMG_20151019_175407.jpg

Sunset dari Bajo View

IMG_20151020_165639.jpg

Santai di pulau Kanawa

Karena penerbangan dari LBJ ke DPS di sore hari, di hari terakhir di LBJ kami jalan-jalan dulu di LBJ dengan menyewa mobil yang membawa kami dari bandara ke pelabuhan waktu itu.  Tempat-tempat yang kami tuju goa Batu Cermin dan bukit Cinta. Setelah itu membeli oleh-oleh di toko di dekat bandara dan langsung check in.

PicsArt_1444796791425.jpgView dari bukit Cinta

Kapan-kapan ke LBJ lagi kalau sudah ada pasangan  dan kalau lagi menghijau. :hiking

 

IMG_20151012_210244.jpg

Pulau Tunda yang Tertunda

Tunda, sebuah pulau kecil di utara Serang atau tepatnya di utara teluk Banten, laut Jawa. Secara administratif pulau Tunda berada di kabupaten Serang, Banten. Tidak besar, bahkan kita dapat berjalan kaki memutari pulau ini dalam satu hari walaupun aku sendiri belum pernah. Beberapa kali berencana ke pulau ini dan tertunda beberapa kali juga, padahal tidak begitu jauh dari Tangerang. Akhirnya setelah menunggu puncak musim penghujan berakhir aku pergi ke pulau Tunda pada weekend awal Maret 2016.

Aku mengajak temanku yang baru tiga bulan di Jakarta, sebelumnya dia tinggal di Tobelo, Maluku Utara. Aku dan dia belum pernah bertemu sebelumnya, hanya percakapakan via WA atau medsos lainnya  mengenai traveling. Dia bertanya tentang Indonesia Barat, aku menanyakan tentang Indonesia Timur. Akhirnya kami pun bertemu di trip ini. Salah satu sisi positif dari media sosial, walaupun jarak dan waktu memisahkan kita tetap dapat berkomunikasi dan tentunya bisa mendapatkan teman baru.

Sabtu pagi kami bertemu di depan kampus Untirta. Ini adalah meeting point trip kali ini. Aku mengikuti open trip karena jumlah kami yang sedikit. Kalau dihitung-hitung bisa mahal sekali biaya ke pulau Tunda untuk dua orang saja, khususnya untuk sewa kapal. Jadi,  jika jumlah kita sedikit pilihan  untuk mengikuti open trip dapat menjadi pertimbangan, selain harga yang relatif murah dibanding berdua saja, kita bisa mendapatkan teman baru dan tidak perlu repot-repot mengatur keperluan  trip. Untuk menentukan tour leader mana yang akan kita pilih, kita bisa mencari di beberapa website yang menyediakan info-info trip atau mencari di FB, twitter, IG. TL biasanya memposting jadwal trip-trip mereka disana. Jangan lupa juga membandingkan TL dengan TL lainnya, terkadang dengan fasilitas yang sama kita dapat mendapatkan harga yang lebih baik. Kalau kita sering open trip dengan jasa TL, kita bisa melihat kualitas dari TL tersebut. Ada TL yang hanya menyediakan fasilitas tanpa menyediakan informasi jelas mengenai tempat yang kita kunjungi, ada yang hanya mengantarkan saja tapi ada juga yang aktif mencarikan suasana dan menginformasikan dengan jelas tentang tempat yang kita kunjungi.

Dari Untirta kami menuju dermaga Karangantu tempat kami akan menyeberang ke pulau Tunda. Untirta – Karangantu sekitar 30 menit dengan menyewa angkot. Suasana Karangantu tidak jauh berbeda dengan Muarakamal atau Muaraangke. Bau amis yang tajam dan warna air yang hitam bercampur lumpur. Jam 10 kami bertolak dari Karangantu ke pulau Tunda dengan kapal yang muat mengangkut 30 orang. Perjalanan Karangantu – pulau Tunda sekitar 2 jam jadi ambil posisi duduk yang tepat yang bisa untuk bersandar atau tidur. Kalau tidak bisa tidur kita bisa mengobrol atau kenalan dengan peserta lainnya. Beberapa saat meninggalkan Karangantu, air laut berubah yang awalnya hitam menjadi cokelat lalu biru kehijauan dan akhirnya biru.

image

image

Dua jam perjalanan dan akhirnya sampai di Tunda. Homestay kami tidak jauh dari dermaga, hanya sekitar 100m. Sebenarnya homestay disini adalah rumah warga yang disewakan untuk traveller yang mau menginap di Tunda. Listrik di Tunda hanya menyala malam hari sekitar jam 5 sore – 1 malam.  Warga disini masih menggunakan pembangkit listrik sendiri dari bantuan perusahaan penambang pasir.  Hanya beberapa warga yang memiliki pembangkit listrik panel surya  tapi hanya untuk penerangan. Setelah menikmati makan siang kami melanjutkan snorkeling di bagian selatan pantai. Karang disini masih bagus -semoga tidak rusak-. Typical terumbu karang di sekitar perairan  Banten, dominasi hard coral dengan warna yang tidak terlalu mencolok. Disini masih ditemukan karang meja yang lebar-lebar, Mantipora yang tersusun rapi seperti kelopak bunga dan juga ikan-ikan kakak tua yang berwarna-warni.

image

image

Sore itu cukup satu spot, kami kembali merapat lalu berjalan kaki menuju utara pulau. Laut sedang surut jadi saya dapat mengambil moment senja waktu itu dibawah dermaga utara walaupun  tidak terlalu merona. Tidak beberapa lama terang  sirna digantikan gelap, kami segera menuju homestay. Setelah semuanya selesai bersih-bersih dan makan malam, acara dilanjutkan dengan kebersamaan. Saling berkenalan, bercerita, bersama tertawa walaupun banyak yang baru berkenalan. Setelah itu ikan bakar datang tapi karena perut sudah kenyang saya putuskan untuk mengambil gambar saja di dermaga. Sudah cukup explore di dermaga  dan mulai  mengantuk jadi saya putuskan untuk istirahat.

image

Paginya berencana melihat sunrise tapi sayang sekali cuaca pagi itu mendung jadi saya putuskan untuk kembali tidur. Pagi itu kami mau menuju ke utara pulau untuk snorkeling tapi karena ombak di utara cukup besar kami kembali ke selatan. Dalam perjalanan saya melihat nelayan yang memancing dengan layang-layang. Saya pernah melihat ini tapi di TV, salah satu program eksplorasi Indonesia. Spot snorkeling hari ini tidak jauh dari tempat kemarin. Sudah puas snorkeling kami kembali ke homestay untuk beres-beres dan bersih-bersih. Sebelum pulang tidak lupa untuk foto dan mengunjungi rumah baca di pulau Tunda.

image

image

Akhirnya trip selesai dan pulau Tunda yang beberapa kali tertunda pun tergenapi.

Perpanjangan SIM C

Ga berasa udah habis masa berlaku SIM (cie yang baru ulang tahun), perasaan baru aja ngurus di JKT. Mentang-mentang udah ada motor (baru) jadi mesti ada SIM yang kalo dicek pak polisi ga kena tilang. Kan ribet kalo udah ditilang. Jadilah cari-cari info perpanjangan SIM yang ternyata sudah ada sistem online jadi ga perlu lagi datang ke tempat asal pembuatan SIM. Nah, ini baru inovasi tiada henti. Era gini masih harus balik ke tempat asal buat ngurus SIM kan brabe. Selain itu, katanya perpanjangan SIM ga ribet dan ga lama. Jadi penasaran ngebuktiinnya. Ada juga yang namanya SIM keliling, pake mobil. Kita bisa perpanjang SIM ke tempat-tempat tuh mobil nongkrong. Tiap hari beda tempat. Awalnya mau kesini, tapi karena informasi SIM keliling di Tangerang ga gitu jelas jadi ga jadi. Ada sih websitenya tapi keliatan ga update gitu. Akhir kata diputuskanlah perpanjang SIM ke Polres Metro Tangerang. Seminggu dapat jatah masuk kantor shift 2, jadilah dipake minggu ini buat ngurus SIM.

  1. Datang ke Polres Metro Tangerang. Pas mau masuk gerbang setengah tutup. Banyak polisi yang jaga pake serba lengkap plus senapan-senapan yang panjang. Ditanya salah satu polisi mau ngapain, perpanjang sim lah pastinya, masak mau menyerahkan diri buat ditilang karena SIM mati. Hehehehe. Ditanya lagi, rombongan ato sendiri. Yeee.. ini naik motor ga ada boncengan ya sendiri Pak. Mungkin dikira bapak gue calo perpanjang SIM gitu  kali ya jadi perpanjangnya langsung banyak. Sok tau ih, emang bisa tanpa harus datang. Kan mesti foto. Akhirnya si bapak nanya lagi, mau dibantu ato sendiri. Baik banget kan si bapak pake nawarin bantuan segala. Ga nyangka disambut dan dilayani sedemikian ramahnya (positive thinking). Gue jawab sendiri saja Pak. Sudah besar ini, udah biasa sendiri kok Pak. hihihi. Terus tak tanya dimana lokasinya. Terus aja ntar belok kanan mentok. Habis bilang makasih langsung capcus.
  2. Parkir motor yang pasti ga ada penjaganya. Suka-suka aja parkir tapi di tempat parkiran motor pastinya. Ntar dijitak kalo parkir di tengah jalan. Belom selesai parkir udah banyak yang nawarin jasa. Ga gitu jelas sih jasa apa yang ditawarin. Males basa-basi langsung aja gue kasih senyum dan jawaban makasih. Nah, setelah selesai parkir gue bingung lokasi perpanjangan SIM. Ga ada marga jalan di kawasan ini. Mau nanya ntar malah ditawarin jasa. Jadi pura-pura jalan santai sambil mata berputar-putar. Tada, orang tinggi banyak juga keuntungannya jadi kelihatan ada papan yang ada embel-embel SIMnya, padahal udah ketutup pager. Jadi lokasi perpanjangan SIM di Polres Metro Tangerang ini sama dengan pembuatan SIM. Lokasi agak mojok di samping mesjid. Cari aja, pasti ketemu kalo belum pindah.
  3. Sampai di pos banyak bapak-bapak yang ngobrol. Ada yang baju bebas ada yang baju polisi. Gue tanya ke yang pake seragam. Pak kalo mau perpanjang SIM gimana? Bapaknya nanya balik, SIM A atau SIM C? Gue jawab, SIM C, Pak. Langsung si bapak jawab, langsung aja tes kesehatan dulu disebelah. Jadi disebelah pos itu ada ruang kecil buat tes kesehatan. Okay, gue nurut kesana.
  4. Tes kesehatan yang gue kira bakal diperiksa ini itu ternyata cepat dan ga sampai 5 menit. Antri dulu, di depan gue ada dua orang yang baru masuk, duduk terus keluar. Wow. Ga lama gue masuk. Ada mbak-mbak yang jaga, entah dokter atau bukan. Langsung nanya mau ngapain? Perpanjang SIM jawab gue.  Mbak-mbaknya ga panjang lebar, langsung buat surat orat-oret dan bilang biayanya 30k. Mungkin gue terlihat sehat atau apakah standart sehat pembuatan atau perpanjangan SIM itu dari fisik dan bisa ngomong? Umm. Di atas meja udah ada buku tes buta warna yang terbuka itu ternyata buat pajangan aja. Padahal gue udah siap-siap mau jawab.
  5. Balik lagi ke pos, dikasih kalung tag yang menjelaskan kalau gue mau perpanjang SIM dan dibilang ke loket 2 lalu loket 4. Tidak ada penjelasan dimana loket-loket itu berada, yang terlihat hanya nomor-nomor loket di atas pintu, tapi ga ada loket 2. Kemana loket 2? Gue nyampe loket 4, gue kira ini loket-loketnya urut ternyata ga. Setelah gue tanya seseorang ntah siapa ternyata loket 2 sembunyi di balik mobil terpisah dari loket-loket lainnya. Di loket 2 itu ternyata pembuatan asuransi. Ga boleh ga mau, harus mau. Asuransi 20k. Kalau ada kecelakaan dapat 2jt. Tapi ga jelas hitam di atas putihnya asal tanda tangan aja di notanya.
  6. Setelah gue dapet kartu asuransi, gue ke loket 4. Disini kita daftar. Bayar 125k tanpa ada nota atau bukti pembayaran. Kalo gue baca-baca sih perpanjangan SIM C sebesar 75k, ada di PP 50/2010. Lebih mahal 50k, jadi teman-teman yang mau perpanjangan SIM silakan bawa uang lebih. Mungkin di tiap tempat berbeda dan yang pastinya tidak lebih murah dari 75k. Setelah itu gue diminta tunggu buat foto. Oh ya, perpanjangan SIM ada batas waktunya, 2 minggu sebelum SIM habis sampai 3 bulan setelah SIM habis. Kalo kurang dari dua minggu ditolak, kalo setelah 3 bulan jadinya buat SIM baru. Ribet kan, jadi jangan sampai kelupaan ya.
  7. Ga lama, gue dipanggil foto. Antri lah 30 menitan. Kalo sepi bisa lebih cepat. Nah, kalau mau  di SIMnya agak cakepan, bawa sisir, pake kemeja, dll ya. Biar ga butek-butek banget di SIM. Sebelum difoto, cek sidik jari dulu, empat jari kiri-kanan kecuali jempol, empat jari kanan kecuali jempol, jempol kiri dan kanan, dan jempol kanan. Habis di foto langsung disuruh keluar untuk nunggu SIM jadi. Ga sampai setengah jam sim jadi, cepat kan…

Nah, buat yang mau memperpanjang SIM ga perlu calo-caloan lah. Datang aja ke kantor polisi terdekat yang bisa ngelayanin pembuatan SIM. Kita bisa tau plus or minusnya birokrasi pembuatan atau perpanjangan SIM. Pesan gue, jangan linglung yah. Santai aja, ntar malah dibodoh-bodohin. 🙂

 

Pendakian Merbabu via Wekas

Jika diminta memilih gunung atau pantai, pilih yang mana? Kalau saya tidak bisa memilih salah satu. Keduanya punya ciri khas masing-masing. Baik gunung atau pantai memiliki tantangan, keindahan serta pesona yang berbeda-beda. Antara gunung satu dan gunung lain, pantai satu dan pantai lain juga memiliki pesona yang berbeda. Tidak bisa disamakan satu dengan yang lain. Jadi kalau saya diajak untuk ke pantai atau gunung, saya akan pilih keduanya tergantung kondisi saat itu.

Kali ini saya mau berbagi cerita saat pendakian ke Merbabu. Kenapa bisa menentukan pilihan ke Merbabu, saya lupa pastinya. Tentunya ini kesepatakatan bersama dengan teman-teman seperjuangan. Setelah dari Prau, kami ingin merasakan indahnya alam dan matahari terbit dari tempat yang lebih tinggi. Terpilihlah Merbabu. Saya dan teman-teman tidak ada yang pernah menaiki Merbabu dari jalur apapun, daripada tersesat dan celaka kami mencari guide. Guide kami dapat dari team Belantara Indonesia, Mas Dwi, sudah lebih 5 kali naik turun Merbabu dan specialis gunung di Jawa Tengah.

IMG_20150727_090023.thumb.jpg.e19260ed6f

Basecamp Wekas

Meeting point kami di Yogyakarta, ada yang pergi dengan kereta ada dengan pesawat. Dari Yogyakarta kami ke Magelang menuju basecamp. Sampai di basecamp sekitar jam 12 siang. Setelah registrasi dan selesai beres-beres di basecamp Wekas kami memulai pendakian sekitar jam satu siang. Awalnya melewati rumah penduduk degan jalan cor berbatu dan setelah 30 menit jalan setapak tanah sampai ke Puncak. Vegetasi awal adalah pinus dan masih rindang. Beberapa kali kami beristirahat karena track di Merbabu cukup terjal dan berdebu karena musim kemarau. Beberapa kali harus menunduk atau menaiki pohon ambruk. Beberapa kali istirahat sampailah kami di pos 1 yang sebenarnya tidak digunakan lagi sebagai pos, hanya sebagai tempat istirahat pendaki. Setelah istirahat yang cukup kami lanjutkan mendaki. Track semakin berat dan  bisa dibilang tidak ada bonus (jalan landai atau menurun). Kondisi yang rindang membuat kondisi tidak terlalu panas sehingga tenaga tidak terlalu cepat letih. Hampir disepanjang jalan pos 1 ke pos 2 tedapat pipa air. Ada satu titik pipa  bocor yang dapat digunakan untuk mengisi perbekalan. Rasa air segar tapi agak pahit.

06500009.thumb.JPG.cbb60683cec2383dfc282

Istirahat di Pos 1

PicsArt_1438014158590.thumb.jpg.94067a09

Senja di Pos 2

Jam setengah 6 sore kami tiba di pos 2 yang langsung disambut dengan indahnya sunset. Kondisi saat itu sudah sangat dingin. Untuk memfoto saja sulit sekali karena tangan yang gemetar dan jari yang susah digerakkan. Di pos 2 ini kami mendirikan tenda dan beristirahat. Makan malam dengan nasi + sarden sudah nikmat, ditambah dengan teh panas sedikit mengurangi rasa dingin. Kami membuat api unggun untuk menghangatkan. Dalam membuat api unggun cari tempat yang tidak ada rumput agar api tidak menjalar, biasanya bekas-bekas api unggun pendaki sebelumnya. Sudah hangat denganapi unggun dan menikmati langit penuh bintang kami beristirahat karena pagi hari harus summit ke puncak. Satu tenda diisi berlima agar hangat. Tapi entah berapa suhu waktu itu, saya yang sudah menggunakan baju dua lapis, jaket, sleeping bag tetap merasakan dingin yang menusuk. Tidur gelisah, pergerakan terbatas.

 

PicsArt_1438014077647.thumb.jpg.db8969e5

Sunrise & Lawu

Setelah tidur kedinginan, jam dua kami bangun. Masih terlalu dini untuk summit dan terlalu dingin. Suhu waktu itu 2oC jadi kami tunda untuk summit. Jam tiga kami bangun lagi dan siap-siap summit. Suhu masih sangat dingin. Dengan berbekal jaket dan teman-temannya kami melawan dingin. Suasana gelap, penerangan hanya dengan head lamp dan senter masing-masing. Terlihat cahaya diatas dari pendaki yang sudah duluan. Ada beberapa puncak di Merbabu tapi karena track yang berbeda dan waktu yang terbatas kami putuskan langsung menuju puncak Kenteng Songo yang merupakan puncak tertinggi di Merbabu. Dari pos 2 ke Merbabu akan beberapa titik yang kita lalui, helipad, jembatan setan, bukit dengan jurang-jurang Indah dan baru disadari setelah pulang karena saat summit hanya gelap saja.

 

PicsArt_1438013817149.thumb.jpg.e3d61027

Sunrise

Kami tiba di puncak kenteng songo jam setengah enam dan langsung disambut dengan siluet pagi. Duduk menikmati indahnya sinar matahari pagi yang menawan. Perlahan-lahan sang surya muncul. Puncak lawu menghiasi garis cakrawala. Sungguh Indah.

Matahari berangsur naik, bulat dan tegas. Sisi barat gunung lawu, sisi selatan berdiri gagah gunung merapi, sisi timur terdapat gunung Sindoro, Sumbing, Andong dan Prau. 3142 mdpl yang sangat-sangat Indah.

 

IMG_20150727_102541.thumb.jpg.92c3fd5496

Gunung Merapi

 

IMG_20150729_224635.thumb.jpg.6a66a01581

Gunung Andong, Sindoro, Sumbing, Prau

Kami menikmati biskuit, roti dan minuman panas setelah mengabadikan momen-momen indah. Sempat tidur dipuncak sebelum turun saking capainya. Jam setengah delapan kami turun dari puncak.

PicsArt_1438964069535.thumb.jpg.88a5f4fe

Salah satu track Pos 2 – Puncak

Turun lebih cepat tapi lutut terasa lebih lemas. Sampai di pos 2 kami sarapan dan beres-beres lalu turun kembali setelah setengah jam tertidur. Dengan jalur yang sama kami kembali turun menuju basecamp wekas. Karena tidak banyak istirahat kami turun lebih cepat dari naik. Sampai di basecamp kaki gemetaran dan langsung duduk lemas. Bersih-bersih dan setelah itu bertolak ke Yogyakarta. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Sampai jumpa di puncak-puncak selanjutnya. :D

 

Pesan untuk teman-teman yang mau mendaki gunung dimanapun:

1.       Melapor ke pos pendakian saat mendaki

2.       Bawa trashbag untuk mengangkut lagi sampah ke bawah, jangan ditinggal diatas

3.       Jangan merokok jika puntung rokok dibuang sembarangan. Puntung rokok juga harus dibawa turun.

4.       Persiapan fisik & bawa perlengkapan dan bekal yang diperlukan. Jangan menjadi beban orang lain.

5.       Tidak merusak alam dengan tidak mencoret-coret (vandalisme), memetik bunga (seperti edelweiss), menebang tumbuhan sembarangan, menangkap hewan, dll

6.       Jangan mencemari sumber mata air

PicsArt_1438013451598.thumb.jpg.f01fb9d1

pada 3142mdpl

Tobelo, Mutiara Halmahera Utara

Perjalanan dimulai dari Ternate, gerbang utama Maluku Utara. Saya dan tiga teman saya bertolak dari pelabuhan Bastiong ke Sofifi dengan speedboat karena tidak ada lagi feri yang beroperasi di malam hari. Perjalanan selama satu jam ini tidak terasa karena dari tengah laut kami disuguhkan oleh indahnya Ternate dengan cahaya lampu yang menyelimuti kaki Gunung Gamalama. Malam itu adalah bulan purnama sehingga tampak jelas garis batas segitiga Gunung Gamalama dengan langit malam.

Sampai di Sofifi kami menggunakan angkutan umum Sofifi – Tobelo dengan sistem sewa atau perorangan. Kondisi saat itu sepi dan hanya kami yang berada dalam Avanza tersebut. Sebelum lebih jauh menuju Tobelo, kami mencari WC umum. Namun karena sulitnya mencari WC umum dan dengan pertolongan pak supir, kami bersih-bersih di rumah warga. Kesan pertama adalah keramahan. Senyum, cerita dan nasihat menjadi bekal kami melanjutkan perjalanan ke Sofifi setalah membersihkan diri.

CAMERA

Pak supir adalah orang Tobelo asli. Pada awalnya kami ingin mencari tahu banyak mengenai kota yang akan kami tuju namun karena supir tidak begitu fasih berbahasa Indonesia, dalam perjalanan kami memilih untuk diam dan istirahat. Kondisi jalan dari Sofifi ke Tobelo sudah baik dengan beberapa titik peremajaan jembatan. Tidak banyak kendaraan di malam hari. Jadi Avanza tersebut dibawa dengan kecepatan tinggi dan tengah jalur, cukup membuat jantung berdebar kencang dan mata sulit dipejamkan. Belum lagi ditambah dengan musik remix yang diputar dengan suara kencang.

CAMERA

Tengah malam mobil berhenti. Tidak ada rumah penduduk di sekitar, yang ada hanya gelap. Pak supir turun. Kami was-was saling toleh menoleh. Pak supir jongkok disamping pintu lalu membetulkan sesuatu yang ternyata kabel penyambung pemutar musik dan pengeras suara belakang. Tiba-tiba, dag dig dug, suara musik remix yang semakin kencang. Kami menghela napas. Ingin meminta pak supir mengecilkan suara musik namun sepertinya ini adalah obat untuk penghilang rasa kantuknya.

Pukul tiga pagi kami tiba di Tobelo dan langsung menuju penginapan untuk beristirahat dan membersihkan diri. Setelah matahari terbit kami bergegas menuju pelabuhan Tobelo dengan bentor – becak bermotor. Tidak banyak informasi pariwisata di Tobelo, baik di penginapan dan pelabuhan. Sedikit juga informasi yang didapat jika menanyakan ke penduduk setempat. Setelah bertanya ke beberapa orang di pelabuhan, ada perahu reguler yang melayani Tobelo ke pulau-pulau kecil disekitarnya tapi tidak ke semua pulau dan bukan pulau ke pulau. Jadi kami memilih untuk menyewa perahu seharian. Setelah bernegosiasi harga, kami mendapatkan harga yang cukup baik dengan seharian keliling pulau-pulau di Tobelo.

IMG_20150507_220155

Pulau pertama yang dituju adalah Kakara. Selain karena pulau ini dekat dengan pelabuhan Tobelo, kami juga mau mengunjungi pusat perlengkapan selam. Namun pusat perlengkapan selam tutup dan tidak terlihat adanya penjaga atau informasi jam operasional, kita harus menghubungi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebelum berkunjung kesana. Di Kakara aktivitas yang dapat dilakukan adalah snorkeling. Di dekat dermaga kita langsung dapat menemukan hamparan terumbu karang yang sehat, terutama karang batiknya. Setelah puas snorkeling di Kakara, kami lanjut ke Pulau Pawole. Pulau kecil tak berpenghuni ini memiliki pasir putih dan pemandangan Halmahera dan pulau-pulau sekitar Tobelo. Serasa punya sendiri karena tidak ada lagi yang berkunjung kesini selain kami. Disini terdapat bangunan kosong dan kamar kecil yang tidak bisa digunakan lagi. Sudah puas foto-foto, main pasir dan main ombak di Pawole kami lanjut ke Pulau Tagalaya. Disini kami hanya sebentar karena perut sudah lapar dan di sisi Tagalaya yang kami singgahi tidak ada pasir putih. Di Tagalaya terdapat banyak bintang laut kuning yang besar-besar. Kami menyantap makan siang kami yang kami beli di Pelabuhan Tobelo di Pulau Tupu-Tupu. Lagi-lagi hanya kami yang berada di pulau ini. Setelah makan kami tidur dibawah pohon dengan alas pasir pantai dan nyayian deburan ombak. Setelah puas di Tupu-Tupu kami menuju ke Pulau Komu, lalu kembali ke Pelabuhan Tobelo.

IMG_20150509_171830

Sampai di pelabuhan kami mencari WC umum untuk bersih-bersih tapi sulit sekali mencari WC umum jadi kami putuskan untuk kembali ke penginapan untuk menyewa satu kamar standart dengan WC luar sehingga kami bisa bersih-bersih. Setelah semuanya beres, kami kembali ke Ternate.

Hal yang perlu diperhatikan saat ke Tobelo adalah sulitnya komunikasi. Masih banyak penduduk sana yang tidak fasih berbahasa Indonesia. Saat keliling pulau, untuk menjelaskan pulau pertama saja harus mengulang beberapa kali, jadi kami hanya menyebutkan nama atau menunjuk pulau-pulau yang ingin kami tuju. Selain itu, pulau-pulau di Tobelo tidak berpenghuni, jangankan menemukan penyewaan alat snorkeling atau pelampung, untuk makan pun tidak ada. Kita harus membawa perbekalan dari Tobelo. Fasitilitas kamar kecil juga tidak terdapat di beberapa pulau. Kalaupun ada hanya terdapat di beberapa pulau yang sering dikunjungi seperi pulau Komu karena merupakan pusat Wisata masyarakat setempat di akhir pekan.

 

Keindahan alam Tobelo dapat diacungi jempol tapi sayang masih banyak yang perlu dilakukan untuk mengundang wisatawan datang ke Tobelo teruta fasilitas-fasilitas dan kesadaran pemerintah dan masyarakat dalam memajukan pariwisata Tobelo.

IMG_20150508_173404

 

 

Jalan-Jalan Ternate

Halo semua…

Sebelum-sebelumnya saya banyak bertanya mengenai Ternate dan akhirnya kesampaian juga berkunjung kesana. Terima kasih untuk Sista Lina Dharmawati & Bro thoxy untuk informasi seputar Ternate. Semoga cerita trip kali ini ga telat ya, karena sudah beberapa bulan yang lalu berkunjungnya.

Hari pertama dengan penerbangan dari Makassar saya sampai di Ternate siang hari. Di bandara Sultan Babullah langsung disugihi pemandangan gunung Gamalama. Oh ya, sebelum landing kalau keadaan cerah bisa terlihat jelas Kota Ternate dan Gunung Gamalama tapi karena saya duduk disebelah kanan jadi yang dilihat adalah Pulau Maitara dan Tidore. Eksplore Ternate Saya ditemani teman-teman dari Enjoy Ternate. Dari bandara langsung ke Benteng Toluko karena dekat dengan Bandara dan satu arah ke pusat kota. Benteng Toluko terawat, ada penjaganya yang sepertinya warga setempat. Taman di depan benteng juga rapi terawat. Informasi yang didapat benteng ini seperti jenis kelamin laki-laki jika dilihat dari atas karena pada saat benteng ini dibangun, jenderal yang mememerintah ada kecenderungan menyukai sesama jenis – CMIIW. Sebenarnya tidak ada iuran masuk ke benteng ini tapi kita bisa memberikan tips kepada penjaga benteng.

Selanjutnya ke pasar di Ternate – lupa nama pasarnya apa. Langsung icip-icip popeda/papeda khas Ternate. Dengan konsep all u can eat kita bisa makan sepuasnya. Selanjutnya berkunjung ke benteng Kalamata. Saat itu ada acara di tengah-tengah benteng jadi sedikit mengganggu hasil foto karena ada tenda. Benteng Kalamata agak sedikit berbeda dari Toluko bisa dibilang kurang terawat dari sisi kebersihan. Masuk benteng ini gratis, mungkin ini salah satu faktor tidak dirawatnya benteng. Rencananya mau ke Kesultanan Ternate tapi ternyata tutup dan hanya bisa dilihat dari luar jadi ga jadi kesana, hanya lewat saja. Lanjut ke Benteng Kastela – jadi ingat Ian Kasela. Disini saya merasa sedih, penampakan benteng yang tidak seperti benteng lagi. Hanya ada tugu yang menggambarkan bagaimana rakyat Ternate mengusir penjajah yang juga tidak terawatt dan pemugaran seadanya. Tampak waktu itu ada pekerja yang sedang membersihkan benteng. Disini dikenakan restribusi ya. Next saya ke Danau Ngade. Akses kesini masih dapat dilalui dengan kendaran. Dari Danau Ngade tampak Pulau Maitara dan Tidore. Setelah itu saya diajak tracking sedikit. Danau Tolire. Terdapat dua danau Tolire, Tolire Besar dan Tolire Kecil. Dijelaskan dari teman-teman Enjoy Ternate ternyata danau ini punya cerita. Seorang ayah yang ingin ‘main’ dengan anaknya. Terus bapaknya dikutuk jadi danau Tolire Besar anaknya dikutuk jadi danau Tolire Kecil. Kedalaman danau tidak diketahui, katanya pernah ada peneliti dari Australia yang ingin mengukur kedalaman danau tapi ga balik-balik ke atas. Danau ini juga adalah tempat ritual dan menurut kepercayaan ada buaya putih. Kalau kita melempar batu dari pinggir danau akan sulit sampai ke tengah danau. Menurut ilmiah, bentuk danau yang cembung di bagian samping menjadikan adanya perbedaan gaya gravitasi. Oh ya, info dari teman saya yang kerja di Ternate, danau-danau di Ternate terbentuk karena aktivitas Gunung Gamalama. Dari jenisnya, letusan Gunung Gamalama tidak hanya dari atas kawah di puncak tapi letusan bisa terjadi di kaki gunung atau badan gunung, itulah bagaimana danau ini terbentuk. Dari Tolire Besar saya diajak menikmati pantai di dekat Danau Tolire Kecil nama pantainya lupa.  Disini saya menikmati pantai sambil melihat Pulau Hiri diseberang. Selain itu jangan lupa minum air kelapa muda  susu khas Ternate dan juga pisang bulu bebek yang digoreng kering tipis dan dimakan dengan sambal. Dalam perjalanan kembali ke kota Ternate, saya disuguhkan dengan sunset yang begitu indah. Jadi saya mampir di tepi pantai dan menikmati indahnya sunset Ternate. Hari pertama saya tidak bermalam di Ternate karena langsung menyebrang ke Sofifi dan lanjut ke Tobelo – Halmahera Utara. Cerita Tobelo saya buat terpisah ya. Lusanya saya kembali explore Ternate, kali ini waktunya main air.

Pantai yang pertama dikunjungi adalah Sulamadaha. Pantai berpasir hitam yang menjadi kunjungan warga Ternate di akhir pekan. Jangan puas hanya di pantai Sulamadaha. Jalan sedikit menuju ke hole Sulamadaha yang terkenal dengan air jernih seperti kristal dan memang benar. Karena waktu itu hari Senin, pantai sepi jadi saya bisa puas menikmati pantai ini. Saya snorkeling disini dan terumbu karang disini berwarna-warni, ikannya juga banyak. Setelah snorkeling di hole Sulamadaha saya lanjut ke Jikomalamo. Tidak kalah bagus dengan Sulamadaha. Terumbu karang di Jikomalamo besar-besar dan ikannya sangat banyak. Yang bisa free diving dijamin puas. Maunya tidak mau beranjak dari laut tapi apa mau dikata karena hari sudah semakin sore saya kembali ke Ternate tapi sebelumnya kembali menikmati es kelapa susu di pantai Sulamadaha walaupun sempat berebut tempat dengan kambing. Malamnya saya menikmati malam di swering. Minum wedang Jahe khas Ternate dan pastinya pisang goreng tipis dengan sambal.

Kalau ditanya puas tidak di Ternate? jawabannya pasti tidak karena masih banyak tempat yang belum dikunjungi di Ternate. Nanti ya, suatu saat akan kembali ke Ternate.  See u Ternate.

 

11460015_Fotor.jpg

08330086_Fotor.jpg

09550185_Fotor.jpg

 

10030329_Fotor.jpg

10040341_Fotor.jpg

16510007_Fotor.jpg

16270030_Fotor.jpg

IMG_20150502_151612.jpg

IMG_20150502_193900.jpg

IMG_20150504_071457.jpg

IMG_20150505_181833.jpg

 

 

 

Taman Wisata Tumbak

Manado tidak asing dengan taman laut Bunaken, tapi kalau taman laut Tumbak masih jarang terdengar. Lokasinya sekitar tiga jam dari Manado. Melewati Tomohon yang sejuk sampai Minahasa Tenggara dan Tumbak adalah desa paling ujung yang langsung berbatasan dengan Laut Maluku.

Bertolak dari Jakarta Jumat malam saya tiba di Manado tengah malam. Di Manado saya menginap di rumah teman dari jejaring sosial traveler. Sabtu pagi saya menuju ke Tumbak tapi sebelumnya mampir-mampir dulu di Tomohon. Ada bukit doa Tomohon, Patung Tuhan Yesus Memberkati, Pasar Tomohon, Danau Linow, kebun bunga dan masih banyak tempat lainnya yang dapat kita singgahi di Tomohon. Dari perjalanan Tomohon sampai Tumbak akan banyak melewati desa-desa yang memiliki ciri khas masing-masing. Seperti Kiawa yang khas dengan pengrajin kayu, Languan yang terkenal dengan tomatnya, Pangu dengan salaknya, Kawangkoan dengan kacang dan olahan kacangnya, Tomohon dengan sayurnya, dan masih banyak lagi. Berbeda dengan lintas jawa atau sumatera yang banyak ditemukan masjid, disetiap  kota akan banyak menemukan gereja. Hal ini karena mayoritas penduduk disana adalah Nasrani. Dari Tomohon ke Tumbak sekitar 2jam dengan jalan yang sudah bagus, hanya ada bagian yang masih dalam tahap perbaikan. Saya sampai di Tumbak malam hari sekitar pukul tujuh dan langsung bertemu dengan keramahan warga Tumbak. Teman baru saya di Tumbak, Ilham, langsung mengajak saya berkumpul bersama teman-temannya sebelum ke Tumbak Cottage – untuk minum. Tapi karena sudah malam dan harus menyebrang dengan perahu dulu jadi saya putuskan untuk langsung menyebrang.

Awalnya saya pikir akan menggunakan perahu ketinting yang agak besar tapi ternayata perahu yang digunakan seperti sampan, tanpa ada sayap. Malam itu bintang indah sekali, angin tidak begitu kencang dan ombak teduh. Saya pun berbicara ke bapak Kentz, “Wah, ombaknya tenang ya Pak.” Pak Kentz menjawab, “Kalau disini mau tujuh belasan ombak bakal kencang, Dek. Teduh lagi setelah tujuh belasan.” Woh, saya pikir ombak malam itu teduh dan ternyata teduh karena masih di pinggiran. Semakin ke tengah semakin goyang perahunya. Peluk tas dan jangan banyak goyang berharap perahu tidak terbalik. :S

IMG_20150817_214827.jpg

Lima belas menit kemudian saya sampai di Tumbak Cottage, Cottage yang berada langsung ditengah taman laut Tumbak dibalik pulau kecil yang tidak ada daratan hanya hutan bakau saja. Di Tumbak Cottage ada dua kamar, yang satu sudah terisi. Saya tidur sendiri di cottage ini. Setelah selesai berberes, saya ke depan, berbaring beratapkan langit yang bertabur bintang. Takjub. Tenang. Indah. Bukannya lebay tapi di Jakarta sudah tidak bisa lagi mendapatkan moment ini. Tidak beberapa lama angin semakin kencang, saya putuskan masuk kamar.  Suara angin ditambah batang-batang bakau yang bergesekan membuat riuh malam itu. Tidur tidak nyenyak, sedikit-sedikit terbangun. Takut tiba-tiba sudah di dalam air. Jam 2, Jam 4, Jam 5 saya bangun. Mengintip dari jendela, cahaya matahari sudah sedikit muncul. Saya keluar sambil menikmati pagi dengan secangkir teh hangat. Laut sudah sedikit tenang.

IMG_20150829_081616.jpg

Jam setengah tujuh pagi Pak Kentz dan dan Ilham membawa sarapan. Setelah selesai sarapan, saya dan teman-teman dari Jayapura berkeliling taman laut Tumbak. Kami menuju pulau Baling-Baling. Ombak pagi itu cukup besar. Ada sekali waktu Pak Kentz harus mematikan mesin kapal agar  Pulau yang terkenal dengan pemandangannya yang indah dari atas pulau. Untuk ke atas pulau harus tracking sekitar 5menit dengan kontur yang terjal. Pantai di pulau ini berpindah mengikuti arah angin. Saat itu pantai berada disisi barat pulau, di musim lain pantai bisa berada disisi timur pulau.

IMG_20150816_133501.jpg

Harusnya kami ke pulau Ponteng tapi karena ombak tidak membaik kami menuju ke pantai Pasir Panjang untuk snorkeling dan tracking di sabana. Arus masih kencang jadi snorkeling agak sulit. Sudah puas di Pasir Panjang kami kembali ke cottage untuk makan siang. Setelah makan, rombongan sebelah kembali ke Manado jadi hanya saya yang tinggal di cottage. Di Cottege saya snorkeling dan ternyata di sekitar cottage underwaternya sungguh cantik. Kita bisa menemukan clown fish, blue spot fish ray, belut laut, fugu dan banggai cardinal fish yang cantik dan langka.

IMG_20150816_180046.jpg

IMG_20150826_215159.jpg

IMG_20150819_172935.jpg

IMG_20150818_164915.jpg

IMG_20150821_225929.jpg

Sorenya saya kembali ke Tumbak dan bermalam di rumah Pak Kentz. Di tengah perjalanan Pak Kentz membawa saya ke spot snorkeling yang tidak kalah cantik. Baru terjun saya sudah menemukan red fan tapi karena arus benar-benar kencang, saya tidak kuat jadi saya putuskan untuk langsung kembali ke Tumbak. Sudah bersih-bersih saya jalan-jalan di perkampungan Tumbak. Ujung jalan langsung bertemu dengan dermaga dan tidak ada lagi jalan. Jadi Tumbak ini perkampungan akhir.

PicsArt_1439819599981.jpg

IMG_20150818_184926.jpg

Pagi-pagi saya menikmati sunrise di belakang rumah Pak Kentz. Luar biasa cantik. Waktu itu ada tim si Bolang jug yang lagi shooting di Tumbak dan mereka juga mendokumentasikan sunrise pagi itu. Ombak pagi itu lebih tenang dari kemarin jadi saya diajak pak Kentz untuk pergi ke pulau Ponteng. Di Ponteng ini sebenarnya terdapat spot snorkeling yang super cantic dan kalau beruntung bisa melihat anak hiu tapi karena arus sedang kuat-kuatnya jadi tidak bisa snorkeling. Kami hanya tracking saja di pulau ini. Setelah dari Ponteng, saya kembali ke Tumbak dan langsung beres-beres untuk kembali ke Manado.

One Day Trip, Makassar

Ini pertama kalinya aku menginjak bumi Sulawesi. Aku mulai dari bawah dulu, Makassar. Flight dini hari dari Jakarta ke Makassar membuat kurang tidur ditambah adanya perbedaan waktu antara Jakarta dan Makassar. Flightku jam 01.50 waktu Jakarta dan tiba di Makassar jam 05.20 waktu setempat. Kelihatannya 3.5 jam terbang tapi flying hour hanya 2.5 jam hal ini karena ada perbedaan waktu tersebut. Tidak ada goncangan berarti di pesawat dan landing dengan mulus di Bandara Sultan Hasanuddin. Bandaranya lebih rapi dan bersih dibanding dengan Soetta.

image

Jam 6 lewat kami dijemput oleh teman dan suaminya di Makassar yang paham betul Makassar dan sekitarnya. Kami sarapan sop Saudara yang terkenal itu. Sop yang menggunakan paru dan mie soun ini terasa rempahnya. Tapi kata temanku ini sop Saudara tiri, yang saudara kandung lebih enak dari ini. Hahaha. Tapi apa daya karena warung sop Saudara yang terkenal enaknya itu tutup jadi kami mencari yang ada saja alias sop Saudara tiri.

20150501_091626
Batu-batu Karst, Rammang-Rammang

 

Setelah makan kami lanjut ke tujuan pertama, Rammang-Rammang. Ini adalah objek wisata batu Karst di daerah Maros-Pangkep. Titik awal ada di bawah jembatan. Disini kita akan menemukan dermaga yang terdapat perahu-perahu kecil yang akan membawa kita ke Rammang-Rammang dengan menyusuri Sungai Pute. Jika membawa kendaraan bermotor, kita bisa parkir di pinggir jalan sebelah jembatan karena tidak ada lahan parkir khusus disitu. Biaya parkir 10.000 rupiah untuk mobil yang dipatok sendiri oleh ibu-ibu pemilik rumah di pinggir jalan.

 

Saat menyusuri sungai kita bisa melihat gagahnya batu-batu karst yang menjulang tinggi, elang-elang yang terbang memutari bebatuan, nipah dan bakau yang ada di pinggir sungai dan goa-goa yang kita lewati membuat 45 menit tidak terasa lama. Sampailah kami di Rammang-Rammang dan langsung terpukau dengan indah dan asrinya desa ini. Awal masuk ada empang tempat budidaya ikan, jauh disana ada beberapa rumah yang berhalamankan sawah yang baru saja selesai dipanen. Dipinggir sawah terdapat kerbau yang sedang memamah biak. Sungguh suasana yang damai.

IMG_20150501_140447
Konro Bakar Karebosi

Setelah puas menikmati indahnya Rammang-Rammang kami lanjut ke desa sebelah yang sebenarnya masih daerah Rammang-Rammang. Kalau di Rammang-Rammang terdapat pegunungan karst yang menjulang tinggi kalau disini akan ditemukan batu-batu karst kecil dengan hamparan sawah. Terdapat juga palem-paleman yang menjadikan area ini seperti area purbakala (kayak film-film).

IMG_20150501_122509
Rammang-Rammang

Sudah selesai narsis dan kepanasan kami lanjut ke tujuan kedua, Leang-Leang sekitar 1 jam dari Rammang-Rammang. Leang-Leang merupakan taman prasejarah yang masih berada di Maros. Disini juga merupakan area pegunungan Karst yang konon pernah dihuni manusia purba 8000 – 3000 SM yang ditandai dengan adanya lukisan-lukisan purbakala di dinding goa pegunungan kapur di Leang-Leang ini.  Di area pintu masuk Leang-Leang ini ada taman kecil. Banyak anak muda duduk-duduk sambil narsis-narsis ada juga yang pacaran bahkan pre-wed disini.

IMG_20150501_141918
Es Pisang Ijo

 

Setelah dari Leang-leang kami kembali ke Makassar. Karena kurang tidur aku dan teman-teman dari Jakarta terlelap tidur jadi tidak menikmati pemandangan di pinggir jalan menuju Makassar. Bangun-bangun sudah mau keluar pintu Tol. Waktunya kuliner.  Pertama kami makan  Konro Bakar Karebosi, Iga bakar yang diberi bumbu kacang khas Makassar. Setelah itu kami mencoba Es Pisang Ijo, tempatnya saya lupa. Jika dibandingkan dengan Pisang Ijo di Jakarta, rasa kuahnya tidak terlalu manis, pas dan pisagnnya tidak selembek biasanya. Yang buat kenyang adalah bubur sumsumnya. Lanjut ke Pallubasa Serigala.. Kenapa ada serigalanya ternyata warung makan ini terletak di jalan serigala. Tidak jauh dari situ ada Pallubasa Onta yang letaknya ada di jalan Onta. Saya tidak makan dengan nasi karena perut sudah penuh. Rumah makan ini ramainya minta ampun dan banyak orang yang rela antri untuk makan disini. Sudah selesai di Pallubasa dan perut tidak muat lagi untuk diisi makanan jadi kami putuskan untuk istirahat.

IMG_20150501_203926
Buras

 

Sebenarnya saya mau sore hari di Losari tapi karena mager jadi diputuskan untuk sore hari di kamar hotel. Malamnya kami ke Baso Ati Raja, katanya baso dan nyuknyang disini yang terenak di Makassar. Teman makan nyuknyang disini adalah buras, sejenis lontong tapi dimasak dengan santan sehingga terasa gurih. Menikmati malam di Makassar kami pilih On 20th Bar & Dinning. Dari restaurant di lantai 20 hotel Aston ini kita bisa menikmati indahnya kota Makassar di malam hari dengan hiasan lampu-lampu. Dari sini kami kembali ke hotel untuk beristirahat karena besoknya harus lanjut ke Ternate.

 

Sampai jumpa lagi Sulawesi bersama kota-kotamu lainnya yang indah.